Aku menuliskan semua tangisku kedalam sebuah tulisan
Aku menumpahkan segala emosi cinta dalam sebuah perasaan
Tanpa aku berhati-hati, hati ini telah menjatuhkan pilihan
Pintar, tinggi, humoris, tampan, mapan, ah kamulah pria
idaman
Aku tak suka keromantisan, tapi aku suka kejutan
Bila aku melihatmu, sungguh kamulah pria idaman
Kagum sangat kagum dan itu sarat dengan sebuah perasaan
Hasrat dalam diri sangat ingin memiliki pria impian
Kamu: Sweet Sarcastic
Aku, tak pernah setengah hati bila telah memilih
Saatku pejamkan mata, aku bisa mendekapmu dengan sentuhan
kasih
Aku sadar, aku tidak punya apa-apa
selain hati yang bersih
Kamu tidak perlu melakukan apapun untuk
mencuri hati. Aku takut kamu risih
Karna hati tanpa permisi telah
memilih
Letih hati ini, selalu menepi
kemudian tersesat
Aku butuh peta, aku tak mau bahagia
sesaat
Aku butuh cinta hingga akhir hayat
Namun, kenapa itu sulit untukku
dapat?
“Mungkin Tuhan ingin aku bertemu
dengan orang yang salah sebelum aku menemukan orang yang tepat.”
Lalu, bagaimana jika aku kira dia
adalah dia?
Dalam asmara, aku telah menyukai dia
atau jangan-jangan selama ini aku menyukai dia yang aku duga dia?
Aku tersesat, kukira kamulah peta
nyata dalam hidup
Kukira kamulah cahaya yang selama ini
aku butuh di hidupku yang redup
Kukira kita bisa menjadi bersatu tak
dalam sekejap
Namun, bisakah aku mendekapmu dalam
gelap?
Kamu: Kagumku
Terima kasih Tuhan, telah
menggiringku untuk bertemu dengan pria idaman
Walau aku telah memiliki sebuah
cerita indah, meski dalam impian
Aku menuliskan semua tangisku kedalam sebuah tulisan
Aku menumpahkan segala emosi cinta dalam sebuah perasaan
Tanpa aku berhati-hati, hati ini telah menjatuhkan pilihan
Pintar, tinggi, humoris, tampan, mapan, ah kamulah pria
idaman
“Oh, maaf semua perasaan selalu
datang tanpa permisi. Pun dengan kekecewaan.”