Hangat, bersahabat, tenang dan mendamaikan hati
Ah aku ini terlalu jatuh cinta pada senja, sang waktu yang telah dengan konsistennya selalu hadir disetiap hari hariku
Bila senja tiba, jutaan inspirasi dan terkadang berakibat memutarkan dengan dahsyatnya segala memory yang telah lama kukubur dalam-dalam di sebuah kotak tua yang kusam
Tak seorangpun ingin melihat kembali pemutaran video kelamnya masa lalu, terlihat seperti pemutaran film di layar tancep warga yang siap menertawakan dengan segudang kebodohan dan kekhilafanku, dulu, sambil makan kacang dan tiker sebagai alasnya.
Senja, tidak pernah menertawakanku, ia tetap memberikan kehangatan dan rasa damai. Memaafkan.
Kini, senjaku telah hilang termakan oleh waktu. Kesibukan duniawi yang membuatku melupakanmu, sementara.
Saat senja datang menjemput, aku malah sibuk dengan rutinitas yang sama. Kerja, kerja dan kerja. Atau sibuk memikirkan entah apa yang dipikirkan, memberikan sekejap menit untuk senja saja seolah sulit. Sok sibuk, ya itulah, begitulah, duniawi.
Rindu senja, rindu sekali. Ingin kupeluk senja dengan senyum bahagia bukan mengadu dengan senyum miris dan butuh pendengar setia.
Kubutuh senjaku. Merasakan senja itu bagaikan hidup dalam secangkir kopi, begitu hangat, wangi, manis dan penuh semangat. Seperti me-refresh diri sendiri. Senja itu doping bagi jiwa.
Kapan aku bisa memelukmu dihangatnya senja?