Senin, 11 Maret 2013

Unsaid Memories



Kamu bagian terindah dalam hidupku namun, sebatas dalam hati saja yang mampu aku ungkapkan. Kamu terlahir untuk aku cintai. Kita di pertemukan atas ijin Sang Maha Cinta. Kamu kesempurnaan yang sanggup aku raih dalam hati.

Aku ingin berdiam di matamu. Aku ingin bernafas dengan paru-parumu. Aku ingin berucap atas pikiranmu. Aku ingin hidup dalam pelukanmu. Aku melukis indah di angkasa. Aku menulis semua kebahagiaan yang tak tersisa. Aku lantunkan lagu cinta, penuh rasa. Aku tak bisa melepasmu dengan tergesa-gesa.



Aku ingin terlahir kembali, untuk mengambil tempatnya yang seharusnya menjadi pijakan dalam hidupku
Dunia ini menjadi asing. Dunia ini menjadi aneh ketika aku tidak bisa membuatmu tersenyum karenaku
Aku memejamkan mata dan menyadari, dunia ini tak lagi sama. Aku hidup di hidupku yang kini menjadi asing
Seluruh sel tubuh ini merindukan getaran saat kamu menyentuhnya melalui pori-pori kulit. Sentuhan yang entah kapan bisa di rasakan lagi getarannya

Aku selalu membacamu, tetapi aku hanyalah tulisan yang belum kamu baca
Aku selalu mendengarkanmu, tetapi aku hanyalah musik yang kamu abaikan
Aku selalu menjadi penonton setiamu, di dalam drama hidupmu yang kamu sutradarai sendiri tanpa aku kebagian peran

Wajah ini rindu, akan senyuman yang kamu ciptakan
Mata ini memelas, akan wajah melas yang kamu perlihatkan
Jemari ini menunjukkan, bahwa kamu narasi kebahagiaan
Hidung ini rindu akan oksigen yang sama-sama kita hirup bersampingan

Dalam jejak langkah dan hidupku, aku telah sampai dimana aku merasakan cinta. Aku jatuh cinta pada semua kekuranganmu, aku menggila pada semua kelebihanmu. Kamu seperti pelangi yang hadir sesaat kemudian lenyap dan keluar dari sorotan mata, sebelum langkahku sanggup mengejar. Aku hanya bisa mengirim pertanda yang tak sanggup di lihat oleh kasat mata. Pertanda yang mungkin saja tak sanggup kamu rasa. Pertanda yang terlalu halus melebihi awan dan udara..

“My beautiful bittersweet sarcastic. What can I say? This is my unspoken hope."