Ketika kisah di kisahkan...
Menuliskan tentang dirimu adalah
hal favorite sepanjang waktu. Kamu selalu bisa menghiasi detik-detikku. Kamu
bahan inspirasi di setiap huruf yang akan aku satukan ke dalam sebuah kalimat
yang kemudian menjadi bait, selembar demi selembar. Kamu adalah ruh dalam kata perkata yang kuketik. Kamu dan aku adalah sebuah kisah. Aku yang
masih berselimut malu hanya bisa menyampaikannya melalui kata-kata. Baiknya
kamu baca ini tepat waktu.
Andai tabungan rasa bisa di tukar
dengan detikmu, mungkin aku akan menguasai waktu. Kurela di hukum oleh waktu.
Karena aku selalu mengenakan praduga dan angan sebagai alas sepatu. Mengapa? Karena masih saja kujadikan itu sebagai petunjuk langkah agar bisa terus
menulis kisah dirimu dengan indah sampai akhir waktu di atas lembaran rasa dan
waktu.
Kukenali kamu dalam diam. Kusebut
namamu dalam pendam. Kamu satu-satunya cahaya dalam malam. Dan aku karam dalam
takjub yang paling dalam. Aku menghitam dengan tinta-tinta bertuliskan namamu
dalam tiap denyut nadiku. Terhembus sebuah ketakjuban. Kini hilang dalam
pendam. Tanpa dendam. Aku hanya bisa bergumam dengan diri sendiri. Kamu mampu
merubah ‘berisik’ saat pancaran tatapmu menangkap tatapku yang berjuta arti dan
seketika aku menjadi sosok pendiam. Kamu mampu menguasai waktu.
Jika merindumu adalah sebuah dosa,
mungkin saat ini aku sedang disiksa dalam neraka kerinduan. Ribuan detik
bagaikan cambukan bagiku karena tanpa pertemuan. Huruf-huruf dalam Microsoft Word ini sulit untuk di
satukan menjadi kalimat percintaan. Api keegoisan telah membakar seluruh rasa
rindu yang tak mampunyai tampungan. Aku berusaha mengisi detikku dengan cucuran
keringat, sebagai tanda pengalihan. Aku berusaha mengingat kembali memory awal
cerita, kalau aku mempunyai rasa tanpa tanda baca dan kiasan. Aku hanya ingin
memiliki rasa yang natural, mengalir dan entah kapan itu bisa jatuh di sebuah jurang
waktu.
“Kata-kata ini hanya sekedar kata, tanpa kamu yang bertahta.”
Bila kisah ini tertuang dalam secangkir kopi, maukah kamu terus mengisinya agar tak habis terminum waktu? Sekiranya kisah ini tertuang dalam secangkir kopi, hangatkanlah, agar tak dingin karna di bekukan waktu.