Rabu, 20 Juni 2012

Pelangi



Hai..
Halo, apa kabar?
Saat ini aku sudah kaya raya akan sebuah rindu terpendam
Bagaimana denganmu, lelaki yang sinarnya sulit di pendam?
Lelaki yang suaranya terdengar merdu, walau lebih baik diam
Hai langit, bisakah aku titip salam?

Entah berapa ribu detik aku lewatkan tanpa senyumnya kulihat
Dia seperti pelangi maka sulit untukku panjat
Dia pelangi yang hadir saat awan mendung menghampiriku sesat
Warna-warni itulah rasanya bila tatapan mataku kamu ganggam erat
Seolah sulit untuk berpaling walau sesaat

Karena bagiku, kamulah alasan mengapa pipiku merah
Karena bagiku, kamulah jingga disaat senja merekah
Karena bagiku, kamulah sinar kuning matahari di setiap pagiku yang indah
Karena bagiku, kamulah pohon hijau  yang mampu menyejukan segala amarah
Karena bagiku, kamulah langit biru yang selalu aku lihat cerah
Karena bagiku, kamulah nila kesederhanaan yang tetap terlihat mewah
Karena bagiku, kamulah ungu dalam simbol keagungan seorang raja yang membuatku pasrah

“Setidaknya kala kamu mendengar namaku, detikmu beralih untuk sekedar mengingat kalau aku ada.”

Terima kasih, karna kamu aku banyak belajar. Aku masih saja berputar di putaran lingkaran yang sama. Semoga bisa kamu maklumi
Terima kasih, setidaknya telah memberikan warna dalam hidupku
Kamu datang hanya untuk aku kagumi dan tersadarku
Aku tidak meminta pada pelangi untuk datang pada awan mendungku
Sama dengan dirimu, yang tak pernah aku undang untukku kagumi

Kamu itu pelangi
Indah, berada di atasku, namun tidak bisa aku kunjungi
Kamu itu pelangi
Warna-warni, maka aku tak pernah bosan bila di dekati
Kamu itu pelangi
Terlihat dekat, namun sangat jauh untuk dimiliki

Suatu hari nanti, bisakah kamu menghiasi awan mendungku dengan lengkungan indahmu?

Teruntukmu,
Mungkin ini memalukan, namun setidaknya tidak bagiku. Segalanya datang tanpa permisi. Dan bisa jadi pergi tanpa pamit. Namun tetap meninggalkan kenangan.
Teruntukmu,
Sosok pelangi cukup indah menggambarkan rasa kagumku. Jika semua doaku terkabulkan Tuhan, aku sadar, aku belum siap. Aku masih saja setia dengan praduga dan angan.
Kukirimkan balon pesan, agar ia bisa terbang menghampiri pelangi. Dan mungkin saat ini kamu baca pesanku. Ini pesan tulus, tiada maksud mengganggu kesenangan.

Dari aku, pemuja yang bersembunyi di balik tabungan pesimis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar