Hai..
Halo, apa kabar?
Saat ini aku sudah kaya raya akan
sebuah rindu terpendam
Bagaimana denganmu, lelaki yang
sinarnya sulit di pendam?
Lelaki yang suaranya terdengar
merdu, walau lebih baik diam
Hai langit, bisakah aku titip
salam?
Entah berapa ribu detik aku
lewatkan tanpa senyumnya kulihat
Dia seperti pelangi maka sulit
untukku panjat
Dia pelangi yang hadir saat awan
mendung menghampiriku sesat
Warna-warni itulah rasanya bila
tatapan mataku kamu ganggam erat
Seolah sulit untuk berpaling walau
sesaat
Karena bagiku, kamulah alasan
mengapa pipiku merah
Karena bagiku, kamulah jingga
disaat senja merekah
Karena bagiku, kamulah sinar kuning
matahari di setiap pagiku yang indah
Karena bagiku, kamulah pohon hijau
yang mampu menyejukan segala amarah
Karena bagiku, kamulah langit biru
yang selalu aku lihat cerah
Karena bagiku, kamulah nila
kesederhanaan yang tetap terlihat mewah
Karena bagiku, kamulah ungu dalam
simbol keagungan seorang raja yang membuatku pasrah
“Setidaknya kala kamu mendengar namaku, detikmu beralih untuk sekedar
mengingat kalau aku ada.”
Terima kasih, karna kamu aku banyak
belajar. Aku masih saja berputar di putaran lingkaran yang sama. Semoga bisa
kamu maklumi
Terima kasih, setidaknya telah memberikan
warna dalam hidupku
Kamu datang hanya untuk aku kagumi
dan tersadarku
Aku tidak meminta pada pelangi
untuk datang pada awan mendungku
Sama dengan dirimu, yang tak pernah
aku undang untukku kagumi
Kamu itu pelangi
Indah, berada di atasku, namun
tidak bisa aku kunjungi
Kamu itu pelangi
Warna-warni, maka aku tak pernah
bosan bila di dekati
Kamu itu pelangi
Terlihat dekat, namun sangat jauh
untuk dimiliki
Suatu hari nanti, bisakah kamu
menghiasi awan mendungku dengan lengkungan indahmu?
Teruntukmu,
Mungkin ini memalukan, namun
setidaknya tidak bagiku. Segalanya datang tanpa permisi. Dan bisa jadi pergi
tanpa pamit. Namun tetap meninggalkan kenangan.
Teruntukmu,
Sosok pelangi cukup indah
menggambarkan rasa kagumku. Jika semua doaku terkabulkan Tuhan, aku sadar, aku
belum siap. Aku masih saja setia dengan praduga dan angan.
Kukirimkan balon pesan, agar ia
bisa terbang menghampiri pelangi. Dan mungkin saat ini kamu baca pesanku. Ini pesan
tulus, tiada maksud mengganggu kesenangan.
Dari aku, pemuja yang bersembunyi di balik tabungan pesimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar