Kupunya berderet kisah kasih cinta di masa lalu, kamu pun juga
Kupunya hati yang mampu kamu tempati tepat pada waktunya disaat yang tak terduga
Kupunya segelas penuh ketulusan yang kukira mampu kamu sambut saat dahaga
Dan kupunya rindu yang sekiranya bisa memelukmu saat terjaga
Kisah ini terlalu indah untukku musnahkan dari hidupku
Bertahun-tahun bukan waktu yang sebentar bagiku
Kamu adalah bahaya terindah yang pernah kulewati, kamu dan aku seperti jemari dan kuku
Haruskah aku menutup semua kenangan dalam satu buku?
Sulit.. sangat sulit.. Namun sakit begitu pahit
Seperti terhimpit dalam kenyataan yang begitu menjerit
Terbelenggu dalam memory indah akan kamu yang begitu manis tetapi pahit
Sulit.. sakit.. Seperti selulit yang telah menyatu dengan kulit
Kamu adalah bahagiaku :)
Egoisku berkata, kamu adalah segala. Egoisku menegaskan, aku tidak ada tanpamu
Sayangku memberitahukan kalau semua panca indraku telah mampu kamu lumpuhkan
Napasku terhenti saat aku tidak bersamamu
Jiwaku melayang saat kamu ucapkan kalimat cinta yang aku butuhkan
Tidak ada kesempurnaan yang telah kamu berikan, namun semua begitu sempurna saat senyummu lepas dari bibir manismu. Sayang..
Tidak ada bahagiaku saat aku diharuskan rela melihatmu dengan bidadari lain. Oh itu menyakitkan dan kamupun tahu. Sayang..
Tidakkah aku harus membunuh ribuan waktu yang telah aku lewati denganmu, hanya dengan sepenggal pertanyaan: Apakah aku bahagia?
Jelas aku bahagia. Namun semua begitu semu, ketika aku harus disadari oleh pihak lain. Bukan dari diriku. Sulit dipercaya, namun itu yang telah terjadi. Sayaaang..
Ribuan hari telah aku lewati bersamamu. Jutaan detik telah kurasakan hangat cintamu. Semoga hanya untukku..
Aku kehilangan arah. Aku tersesat diluasnya cintaku. Cercaan telah kudapat, namun aku telah lumpuh total dan buta .
Kamu habisi aku dengan miliyaran kemanisan tanpa sisa, lirihku menjerit “sungguh ini pahit”
Aku berjuang, demi ribuan waktu bersama
Aku merintih, demi kebahagiaanku seutuhnya
Aku menjerit, demi kamu hanya untukku
Aku bertahan, demi cinta yang teramat runcing
Aku menangis, demi mengubur semua kepahitan
Dan aku sendiri, demi aku bukan kamu..
Tapi.. kenapa selalu Aku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar