Menanti cinta tapi tak mau menepi dari yang telah di lalui
Menyadari hati tak pelak seperti ditinggal mati
Kutemui insan yang sulit kutinggal pergi
Nyandu seperti minum kopi
Layaknya orang dungu yang setia menunggu
Menunggu dalam keegoisan ragu
Terasa gagu walau masih bisa mendawaikan lagu
Otak seperti penyu lambat, tak ada unyu-unyu
Kau bawa aku terbang, melayang bagai layang-layang
Namun sayang, penghalang masih saja datang
Sulit dilarang, sesulit seorang lansia ingin mencoba kayang
Serasa di sayang, tak jarang masih saja terasa dibuang
Sesekali aku membuka mata, agar bangun
Sesekali aku mendengarkan ketiga telinga, agar tak hanyut dalam lamun
Telinga kanan-kiri dan telinga hati, yang mampu mengacaukan
pendengaran saat merasa sudah bangun
Dalam lamun, kuharap kau menjadi pikun
Mencoba benar-benar bangun dari lamun,
aku sempat bertengger pada tukang tenun
Adalah tekun untuk mewujudkan semua lamun
agar tak hanya sekedar lamun
Namun, lamun dan bangun perang dalam jiwa yang masih butuh pembangun
Bertepilah di perahu polos ini, walau sementara waktu
Selagi itu, akan diberikan pelayanan extra sebagai penjamu
Layaknya seorang tamu, kau bisa mendapatkan
apa yang kamu
Sementara waktu itu sementara waktu kau berada di dunia bersama aku
"Haaaahhhhhh.....", bergejolakku dari pejaman mata
Nafas terengah-engah bak ikan jatuh ke tanah dan butuh air dari sumur
Kau bawa aku terbang, melayang bagai layang-layang
Namun sayang, penghalang masih saja datang
Sulit dilarang, sesulit seorang lansia ingin mencoba kayang
Serasa di sayang, tak jarang masih saja terasa dibuang
Kukedipkan mata berulang kali yang mulai mengeluarkan cairan
Kumulai mengerjakan laporan dengan secangkir kopi panas sebagai awalan
Terdengar suara bising atasan, untuk segera
lanjut mengerjakan laporan.
"Oh, alarm itu masih belum berfungsi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar